Gabung Sekarang Yu''''

Sabtu, 25 Februari 2012

Makalah Hubungan Pemerintahan Sipil dan Militer

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara adalah sebuah istilah yang secara terminologi berarti organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup dalam suatu kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.[1]
Suatu Negara haruslah memiliki sedikitnya 3 unsur yang menjadikan Negara tersebut berdaulat di tengah-tengah negara lainnya. Mahfud M.D. menyebutkan 3 unsur penting tersebut sebagai unsur konstitutif.[2] Unsur-unsur tersebut antara lain adalah : Rakyat, Wilayah, dan Pemerintah, ditambah dengan pengakuan dari Negara lain.
Berbicara tentang bentuk pemerintahan, kita mesti faham terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan negara dan perbedaannya dengan pemerintah. Seperti yang telah dijelaskan di awal, sejatinya negara adalah sebuah organisasi. Selayaknya organisasi, maka negara pun memiliki peraturan, selain itu negara juga memiliki sebuah badan yang berfungsi merumuskan, menjalankan dan mengawasi peraturan itu.
Selanjutnya, dalam perjalanannya berkembang menjadi beberapa bentuk pemerintahan, sejarah mencatat banyak negara yang memiliki bentuk pemerintahan yang berbeda-beda karena hal tersebut berdasar kepada para penguasa negara tersebut. Dalam konteks ini muncul bentuk pemerintahan sipil dan pemerintahan militer. Tentu saja kedua bentuk pemerintahan tersebut mempunyai karakteristik yang satu sama lain berbeda.
Hubungan Sipil-Militer adalah satu perkara yang amat penting bagi satu bangsa karena berpengaruh besar kepada ketahanan nasionalnya. Hal itu juga berlaku bagi bangsa Indonesia. Pengertian Hubungan Sipil-Militer semula tidak dikenal di Indonesia dan baru dipergunakan setelah pengaruh dunia Barat, khususnya yang berpandangan liberal, makin kuat. Mula-mula itupun terbatas pada kalangan terpelajar yang banyak berhubungan dengan ilmu sosial yang berasal dari dunia barat. Akan tetapi lambat laun pengertian itu menyebar di semua kalangan dan sekarang sudah menjadi pengertian yang diakui dan dipergunakan secara umum di Indonesia. Namun ada satu perbedaan yang menonjol dalam penggunaan pengertian itu antara mereka yang hidup dalam alam sosial barat dengan bangsa Indonesia yang menerima dan menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Di dunia Barat yang berpaham liberal Hubungan Sipil-Militer senantiasa berarti supremasi Sipil atas Militer, sedangkan di Republik Indonesia yang berhaluan Pancasila tidak dengan sendirinya Hubungan Sipil-Militer berarti supremasi sipil atas militer. Bahkan dengan memperhatikan bahwa Panca Sila menekankan faktor kekeluargaan dan kerukunan justru tidak ada supremasi satu golongan masyarakat atas yang lain, melainkan dalam kebersamaan memperjuangkan dan mengusahakan hal yang terbaik bagi bangsa, negara dan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal-hal yang tersurat dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini akan merumuskan permasalahan dalam beberapa pertanyaan:
1. Pengertian Pemerintahan Sipil dan karakteristiknya
2. Pengertian Pemerintahan Militer dan karakteristiknya
3. Hubungan Pemerintahan Sipil dan Militer di Indonesia

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Dengan berdasar kepada poin-poin pertanyaan tersebut diatas, maka penulis mempunyai tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Memahami Pengertian Pemerintahan Sipil dan karakteristiknya
2. Memahami Pengertian Pemerintahan Militer dan karakteristiknya
3. Memahami Hubungan Pemerintahan Sipil dan Militer di Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN


A. PEMERINTAHAN SIPIL
1. Pengertian Pemerintahan Sipil
Sebelum berbicara tentang pemerintahan sipil, seyogyanya perlu diketahui arti dari istilah pemerintahan. MenurutCF Strong dalam bukunya yang berjudul Modern Political Construction terbit tahun 1960 dikemukakan bahwa pemerintah itu dalam arti luas meliputi kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pemerintah juga bertugas memelihara perdamaian dan keamanan. Oleh karena itu pemerintah harus memiliki (1) kekuasaan militer, (2) kekuasaan legislatif, dan (3) kekuasaan keuangan.[3]
Sedangkan menurut SE Filner dalam buku Comperative Gonverment (1974) istilah pemerintahan memiliki 4 arti yaitu :
1. kegiatan atau proses memerintah;
2. masalah-masalah kenegaraan;
3. pejabat yang dibebani tugas untuk memerintah;
4. cara, metode, atau sistem yang dipakai pemerintah untuk memerintah.[4]
Adapun dalam melaksanakan pemerintahan, sejarah mengenal pula bentuk pemerintahan sipil dan militer. Pembagian bentuk pemerintahan ini berdasarkan kriteria gaya dan sifat memerintah sebuah pemerintah.
Yang pertama adalah Pemerintahan Sipil, dalam laman e-book Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com-83- Pengantar Ilmu Negara dan Pemerintahan, disebutkan bahwa pemerintahan sipil adalah pemerintahan di mana gaya pengambilan keputusan diambil dengan gaya sipil. Sebelum sebuah keputusan menjadi perintah, keputusan itu dibicarakan terlebih dahulu, dirembukkan dan kalau perlu diputuskan lewat pemungutan suara (referendum). Setelah itu pun sebuah keputusan harus menunggu pengesahan terlebih dahulu dari lembaga negara yang berwenang lewat sebuah sidang.
Sedangkan Sayidiman Suryohadiprojo menyatakan bahwa Perkataan Sipil merupakan satu pengertian yang menyangkut kewarganegaraan (Website’s Ninth New Collegiate Dictionary : Civil : relating to citizens). Atau dapat dikatakan bahwa Sipil adalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan masyarakat, atau warga negara pada umumnya.[5]

2. Karakteristik Pemerintahan Sipil
Eric Nordlinger dalam bukunya “Militer dalam Politik”dikemukakan ada 3 bentuk pemerintahan sipil :
1. Pemerintahan sipil Tradisional
Bentuk pemerintahan sipil ini terjadi karena tidak adanya perbedaan antara sipil dan militer, tanpa perbedaan maka tidak akan timbul konflik yang serius diantara mereka. dengan demikian tidak terjadi campur tangan militer.
Bentuk pemerintahan sipil tradisional begitu berpengaruh di bawah sistem pemerintahan kerajaan pada abad ke-17 dan 18, mereka cenderung untuk tidak menganggap diri mereka sebagai politisi, walaupun ketika sedang memerintah mereka telah dicekoki dengan ciri-ciri sikap politik yang sama, yang ternyata kurang dikembangkan oleh elit sipil.[6]
2. Pemerintahan sipil Liberal
Model pemerintahan liberal didasarkan pada pemisahan para elit berkenaan keahlian dan tanggung jawab masing-masing pemegang jabatan tinggi di dalam pemerintahan. Tapi sejalan Model liberal akan menutup kemungkinan militer untuk menekuni arena dan kegiatan politik. Didalam tindakan dan pelaksanaannya, pemerintah menghargai kedudukan, kepakaran, dan netralitas pihak militer.[7]
3. Pemerintahan sipil Serapan
Dalam model serapan ini, pemerintahan sipil memperoleh pengabdian dan kesetiaan dengan cara menanamkan ide untuk menyatakan ideologi, dan para ahli politik ke dalam tubuh angkatan bersenjata mereka. Model serapan ini telah digunakan secara meluas dalam rezim-rezim komunis. Militer dipisahkan dari bidang sipil karena keahlian profesionalnya, tetapi sejalan dari segi ideologi.[8]
Dalam sejarahnya, pemerintahan sipil ini banyak dianut oleh negara-negara barat, karena kebanyakan dari mereka berideologi liberal yang memunculkan supremasi sipil atas militer (civilian supremacy upon the military). Dalam kata lain militer adalah subordinat dari pemerintahan sipil yang dipilih secara demokratis melalui pemilihan umum. Berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia yang berideologikan Pancasila, sipil dan militer adalah satu bagian, tidak ada supremasi di antara keduanya. Yang harus dimunculkan adalah bagaimana hubungan keduanya dapat menjamin kerukunan hidup rakyat Indonesia itu sendiri. Sehingga tercipta kebersamaan dalam memperjuangkan kepentingan bangsa.
Dalam hal ini muncul karakteristik pemerintahan sipil yang berpijak atas hubungannya dengan militer, antara lain pemerintahan sipil adalah sebuah bentuk pemerintahan yang bergaya sipil, semua keputusan pemerintah dapat menjadi perintah apabila telah dimusyawarahkan terlebih dahulu dan diambil keputusannya dalam suatu pemungutan suara (referendum). Dan telah mendapat pengesahan dari lembaga negara yang berwenang.

B. PEMERINTAHAN MILITER
1. Pengertian Pemerintahan Militer
Masa Orde Baru di Indonesia telah berakhir dengan tergulingnya Presiden Soeharto dari kursi Presidennya, dan dimulailah masa baru yang dinamakan Masa Reformasi. Sejalan dengan runtuhnya rezim Soeharto, maka runtuh pula dominasi militer dalam politik Indonesia, masa orde baru tersebut dikendalikan dengan sistem otoriter. Pada akhirnya, TNI/ABRI sebagai pucuk militer di Indonesia harus menanggalkan dwifungsinya kembali ke barak dan hanya memainkan peran sebagai alat pertahanan negara dari ancaman luar.
Perkataan Militer merupakan pengertian yang bersangkutan dengan kekuatan bersenjata. Secara kongkrit perkataan Sipil di Indonesia adalah seluruh masyarakat, sedangkan perkataan Militer berarti Tentara Nasional Indonesia, yaitu organisasi yang merupakan kekuatan bersenjata dan yang harus menjaga kedaulatan negara Republik Indonesia. KarenaSipil berarti masyarakat, maka sebenarnya Militer pun bagian dari masyarakat. Oleh sebab itu di Indonesia sebelum terpengaruh oleh pandangan Barat dipahami bahwa TNI adalah bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Bahkan yang menjadi TNI adalah seluruh Rakyat yang sedang bertugas sebagai kekuatan bersenjata untuk membela Negara.[9]
Adapun yang dimaksud dengan pemerintahan militer adalah pemerintahan yang lebih mengutamakan kecepatan pengambilan keputusan, keputusan diambil oleh pucuk pimpinan tertinggi, sedang yang lainnya mengikuti keputusan itu sebagai perintah yang wajib diikuti -- konsekuensi rantai komando dalam militer. Sebuah undang-undang dalam sebuah pemerintahan militer dibuat oleh pucuk pimpinan tertinggi, tanpa menyerahkan rancangannya kepada parlemen.[10]

2. Karakteristik Pemerintahan Militer
Pemerintahan militer lebih merujuk ke arah gaya pemimpin suatu organisasi/ institusi/ negara. Dimana kepemimpinan itu sendiri memiliki hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok manusia, karena adanya kepentingan bersama; hubungan itu ditandai tingkah laku yang tertuju dan terbimbing daripada manusia yang seorang itu; manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin.
Gaya kepemimpinan pemerintahan militer ini memilikikarakteristik, sebagaimana dikemukakan Ninik Widiyanti,adalah sebagai berikut:
Dalam pemerintahan militer, untuk menggerakkan bawahannya digunakan sistem perintah yang biasa digunakan dalam ketentaraan, gerak geriknya senantiasa tergantung kepada pangkat dan jabatannya senang akan formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin keras dan kaku dari bawahannya,senang akan upacara-upacara untuk berbagai-bagai keadaandan tidak menerima kritik dari bawahannya dan lain sebagainya.[11] Dalam militer tidak ada orang sipil di pemerintahannya, semuanya orang militer, tatanan sosial terlalu ketat, seperti jam malam, tidak boleh demonstrasi, dan cara pemilihan pemimpin dilakukan secara turun temurun
Selain Negara kita yang pernah didominasi oleh Militer, Negara lain yang bisa diambil contoh melaksanakanpemerintahan militer, contoh Junta Militer di Burma (Myanmar),Kuba Korea Utara, dan negara-negara di Amerika Latin.
Junta militer (diucapkan menurut ucapan bahasa Spanyolhun-ta) biasanya merujuk ke suatu bentuk pemerintahan diktator militer. Dalam bahasa Spanyol, junta sendiri berarti "(rapat) bersama", dan biasanya digunakan untuk berbagai kumpulan yang bersifat kolegial (hubungan kerekanan).
Junta militer biasanya dipimpin oleh seorang perwira militer yang berpangkat tinggi. Pemerintahan ini biasanya hanya dikuasai oleh satu orang perwira yang mengendalikan hampir segala-galanya. Bentuk-bentuk junta militer yang terkenal adalah pemerintahan Augusto Pinochet di Chili dan Proceso de Reorganización Nacional, diktator militer yang terkenal karena kekejamannya di Argentina dari 1976 hingga 1983.[12]

C. HUBUNGAN PEMERINTAHAN SIPIL DAN MILITER DI INDONESIA
Sebagai bangsa Indonesia kita mestinya bangga dengan TNI, karena apa? ternyata Indonesia memperoleh peringkat yang luar biasa dalam bidang kemiliteran. Jadi sebenarnya tidak beralasan kalau kita meremehkan tentara nasional kita. Menurutdata yang diambil oleh World Military Strengh Ranking. Militer Indonesia berada pada posisi ke-14 dari seluruh negara di dunia ini, di atas negara-negara maju lainnya seperti Kanada, Australia, dsb.[13]
Kembali kepada sejarah militer Indonesia, pengambilan alih kekuasaan oleh pihak militer di Indonesia sekiranya sudah lama diramalkan. Militer Indonesia tidak pernah jauh dari politik, sejak dari kemerdekaan pada tahun 1945. Organisasi nasional militer pun diperlukan untuk tugas yang maha penting yakni membangun suatu negara bangsa dari beribu-ribu pulau yang membentuk negeri ini.
Pada masa itu terjadi kompetisi politik antara Militer dan Partai Komunis Indonesia yang kadang kala bersifat keras, Komunis yang dalam hal ini sejak kemerdekaan ada dalam naungan Demokrasi Terpimpin ala Presiden Soekarno bersaing ketat dengan golongan elit militer. Dan puncaknya adalah terjadinya pemberontakan G30S/PKI.
Sampai munculnya Supersemar pada tanggal 11 Maret 1966, Soekarno dengan ikhlas memberi Jenderal Soeharto wewenang yang diperlukan untuk memulihkan keamanan. Soekarno yang pada saat itu dianggap sebagai presiden seumur hidup kini nyaris hanya merupakan lambang, sampai secara resmi digantikan oleh Jenderal Soeharto pada tanggal 27 Maret 1968.[14]
Setelah menjadi Presiden, Soeharto memandang tugasnya adalah : memulihkan tingkat partisipasi rakyat dalam pemerintahan, menstabilkan negeri yang secara politis terpecah belah, dan membangun perekonomian yang telah diabaikan. Maka untuk mendukung upaya tersebut Soeharto memutuskan untuk membentuk GOLKAR (Golongan Karya) atau kelompok yang fungsional, mencakup buruh, petani, birokrat sipil, birokrat militer, mahasiswa, dan intelegensia. Jika Soekarno ingin mengusahakan agar kelompok-kelompok fungsional tersebut terlepas dari militer, maka Soeharto lebih suka mengintergrasikan kedua badan tersebut, dalam kata lain Soeharto telah menyertakan militer dalam politik sembari memberi fungsi politik pada militer.[15]
Sejak tahun 1959, menurut suatu penelitian, perwira-perwira angkatan darat secara kasar telah memegang seperempat dari semua portofolio kabinet maupun berbagai posisi penting pada departemen pemerintahan sipil. Pada tahun 1972, 22 dari 26 Gubernur adalah bekas perwira militer, demikian juga 67% dari bupati dan camat, dan 40% dari kepala desa.[16]
Masuk ke Era Reformasi, setelah lengsernya Soeharto, maka kedigdayaan Militer dalam hal ini ABRI/TNI telah usai, Sejak itu nyaris tiada hari tanpa hujatan dan caci maki terhadap ABRI. Jika sebelumnya tidak ada yang berani mengusik, sejak itu keberadaan ABRI mulai banyak dipersoalkan. ABRI bukan cuma dipersalahkan, karena telah membuat banyak orang di Aceh, Lampung, Tanjung Priok, Irian Jaya, Timor Timur, kehilangan anggota keluarganya, tetapi juga karena terlibat penculikan para mahasiswa dan aktivis politik, karena dianggap tidak mampu lagi mengatasi kerusuhan di berbagai tempat yang telah menelan korban ratusan nyawa sejak Mei 1998.
Saat ini ABRI harus menghadapi kenyataan sebaliknya yakni penolakan atas keterlibatannya. Secara historis keterlibatan ABRI tersebut harus dipahami dalam kerangka menjamin stabilitas nasional. Kalau mau jujur, sebenarnya bangsa dan negara manapun di dunia ini membutuhkan stabilitas demi pembangunan dan kemajuan bersama rakyatnya.
Menurut Jenderal Wiranto, ada tiga perkembangan ekstrem yang harus dicegah dalah hubungan sipil militer di Indonesia, yaitu: pertama, military overreach, yaitu militer menguasai berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti pada masa orde baru; yang kedua, subjective civilian control, yaitu kontrol subyektif pemerintahan sipil terhadap militer seperti yang terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Parlementer; ketiga, pemisahan rakyat dari ABRI.[17]
Dalam pengarahannya kepada peserta LokakaryaKepemimpinan Pertahanan 2010 di Istana Negara, Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, tidak perlu lagi ada jarak antara militer dan non militer pada era demokrasi.Beliau juga menyatakan saat ini tidak perlu lagi ada dikotomi antara sipil dan militer dalam mengemban tugas untuk negara."Dulu pernah ada jarak antara militer dan nonmiliter, antara mahasiswa di perguruan tinggi dan taruna di akademi. Tapi dengan era demokrasi ini dengan perubahan di TNI tidak lagi menjalankan politik praktis maka sudah tidak ada perbedaan," tutur Presiden.[18]
Lalu, apakah artinya dalam konteks hubungan sipil-militer di Indonesia? Dalam sejarah Indonesia, dikotomi sipil-militer bukanlah satu isu baru. Jika sejauh ini ABRI terkesan tidak suka dan selalu mengelak adanya dikotomi sipil-militer di Indonesia, sikap semacam itu tidak lepas dari penafsiran diri ABRI dalam konteks sejarah Indonesia. ABRI juga mudah curiga kepada cendekiawan, seniman, aktivis LSM dan kalangan intelektual lain yang memang selalu sangat antusias memperbincangkan hubungan sipil-militer, yang selalu melemparkan isu-isu demokratisasi, kebebasan berpendapat dan HAM.
Namun, benar juga bahwa hal ini lalu membuat penafsiran terhadap batas-batas antara ranah politik dan perang, antara tugas-tugas sipil dan militer, makin tidak jelas. Antara perang dan politik ibarat dua sisi pada sekeping mata uang. Perang adalah jalan lain dari politik. Ini lah yang terjadi pada awal pembentukan Indonesia.
Sejak awal kelahirannya ABRI tidak pernah mempersoalkan presiden dari kalangan sipil dan tidak mendesakkan tampilnya pimpinan nasional dari kalangan militer. Dalam sejarahnya Panglima Besar Soedirman memberikan keteladanan dalam membentuk sikap TNI yang mengakui pemerintahan di tangan sipil. Untuk itu dibuktikan oleh Panglima Besar Soedirman ketika kembali ke Yogyakarta dari medan perjuangan bergerilya, TNI tetap mengakui kekuasaan tertinggi berada di tangan Presiden Soekarno.[19]
Satu hal yang perlu kita (baik militer maupun sipil) refleksikan bahwa militer Indonesia telah berkembang menjadi militer profesional. Dunia kemiliteran telah berkembang menjadi dunia profesional, yang bekerja dan mengembangkan solidaritas tidak hanya atas dasar "semangat patriotisme" tapi atas dasar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan khusus (profesi) yang terkait dengan kependidikan.
Tanggung jawabnya terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia, dengan demikian, bisa ditafsirkan sebagai tanggung jawab profesi. Kalau dulu tanggung jawab ini ditafsirkan secara politis-ideologis, kini perlu dimaknai sebagai tanggung jawab profesional. Kalau dulu ABRI di identifikasi dan dikenal sebagai tentara rakyat kini harus tampil sebagai militer profesional (TNI adalah tentara professional yang mengabdi kepada rakyat).
Namun, hal ini tidak berarti militer kehilangan peran politiknya. Peran politik TNI, menurut saya, tidak boleh melebihi fungsi dasarnya yaitu pertahanan-keamanan negara, dan hal itu kini bisa ditafsirkan sebagai tanggung jawab profesi. Peran tersebut cukup diletakkan pada tataran "kebijakan" (policy) di tingkat pusat, dan tidak perlu diterjemahkan lebih jauh dengan konsep kekaryaan seperti pada masa Orde Baru. Dengan demikian, militer bukan lah institusi untuk merintis karier politik dan meraih insentif ekonomi melalui model kekaryaan. Jika ada militer yang ingin menjadi bupati, gubernur, menteri bahkan presiden, maka harus melepas jaket hijau-lorengnya.
Mereka adalah warga sipil, sehingga jabatan politik yang didudukinya bukan dalam kerangka doktrin dwifungsi, tapi sebagai hak politik setiap warga negara. Fungsi pertahanan keamanan sebagai TNI professional itu juga menuntut TNI untuk hanya punya komitmen dan tangung jawab moral terhadap eksistensi Negara Kesatuan RI. Konsekuensi moral professional dari komitmen dan tanggung jawab moral ini adalah bahwa TNI hanya mempunyai loyalitas kepada Negara dan bukan kepada pemerintah. Loyalitas TNI kepada pemerintah hanya sejauh pemerintah yang berkuasa. Tidak perduli sipil atau militer, menjalankan kekuasaan negara sesuai dengan tuntutan dan cita-cita moral bangsa, yaitu demi menjamin kehidupan bersama yang demokratis, adil, makmur, berprikemanusiaan dan menjamin hak asasi manusia.
Maka tidak perlu dibicarakan lagi adanya civilian supremacy yang dianut dunia Barat, karena adanya supremasi satu golongan terhadap golongan lain tidak sesuai dengan pandangan Panca Sila dan dapat menjadi benih konflik. Namun secara organisatoris dengan sendirinya setiap unsur negara harus menjalankan keputusan dan perintah yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI. Maka tanpa ada ketentuan supremasi sipil dengan sendirinya TNI harus tunduk kepada segala kepatuhan dan perintah yang dikeluarkan oleh Pemerintah, siapapun yang duduk dalam pemerintah itu. Sebaliknya, sesuai dengan jati dirinya TNI wajib dan berhak menyampaikan pendiriannya kepada Pemerintah sekalipun mungkin pendirian itu berbeda dari pandangan Pemerintah. Dalam mengembangkan pendirian itu TNI harus selalu berpedoman pada Panca Sila dan Sapta Marga serta Sumpah Prajurit yang secara hakiki berarti bahwa TNI harus selalu memperhatikan berbagai aspirasi yang berkembang dalam masyarakat.[20]
Yang sekarang diperlukan adalah tekad untuk melaksanakan proses ini secara konsisten dan sabar serta memelihara hasilnya secara terus menerus. Hubungan Sipil-militer yang dihasilkan kemudian akan merupakan faktor positif dalam perwujudan Ketahanan nasional Indonesia, termasuk pembinaan daya saing nasional bangsa kita.









BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam melaksanakan pemerintahan, sejarah mengenalpula bentuk pemerintahan sipil dan militer. Pembagian bentukpemerintahan ini berdasarkan kriteria gaya dan sifat memerintahsebuah pemerintah.
Pemerintahan Sipil adalah suatu bentuk pemerintahan yang menggunakan gaya sipil dalam menjalankan kehidupan pemerintahannya, sedangkan pemerintahan militer adalah suatu pemerintahan yang dipimpin oleh penguasa diktator yang mengandalkan gaya militer yang sarat dengan disiplin dan kental dengan ketentaraan.
Hubungan antara Sipil dan Militer dalam sejarah lebih diungkapkan dalam bentuk ekstrim karena kegagalan pemerintahan sipil yang menyebabkan terjadinya kudeta-kudeta, dan ketidakstabilan rezim militer yang tidak punya opsi memerintah lebih baik dari pemerintahan sipil. Sehingga pada akhirnya kedua hal tersebut tidak dapat berkembang sesuai dengan tujuan yang dimilikinya.
Dan pada saat ini ketika semua hal dihadapkan kepada profesionalisme yang menitikberatkan sejauhmana peran seorang warga negara terhadap negaranya, maka militer memfokuskan diri dalam ranahnya sendiri, demikian pula dengan sipil yang sekarang terintegrasi dalam bentuk yang lebih dinamis. Sehingga tidak akan terjadi supremasi sipil terhadap militer.

B. SARAN
Pergulatan politik antara ranah sipil dan militer telah menghasilkan supremasi di antara kedua bentuk pemerintahan tersebut, maka seyogyanya untuk menghindari hal tersebut diperlukan langkah perubahan ke arah yang positif sehingga akan memunculkan hubungan yang baik antara sipil dan militer dan dapat menunjang kepada terciptanya ketahanan nasional.



DAFTAR PUSTAKA

Janowitz, Morri, Hubungan Sipil Militer,Jakarta: Bina Aksara, 1985
Nordlinger, Eric, Militer Dalam Politik, Jakarta: Rineka Cipta, 1994
Syarafuddin, Makalah Konsep Dan Metodologi Perbandingan Pemerintahan, 2010
Ubaedillah, Ahmad, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008
Widiyanti, Ninik, YW. Sunindia, Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern,Jakarta: Bina Aksara, 1988
Wirahadikusumah, Agus, E-book Mencari Format Baru Hubungan -Militer,
http: //www.detik.com/berita/199905/sayidiman. Html
http: //www. Wikipedia.com/id/juntamiliter
http//www. Globalfirepower. Com
http//www.antaranews.com/berita/1280488947/ presiden-tidak-perlu-ada-dikotomi-sipil-militer

Rabu, 16 November 2011

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Outsourcing : Suatu solusi Pengembangan Sistem Informasi Sumber Daya Informasi di Masa Depan

I. Latar Belakang
Pemanfaatan teknologi informasi manjadi suatu keharusan yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap perusahaan yang ingin menempatkan dirinya pada posisi paling depan dalam suatu industri. Terkait dengan hal ini, pengelolaan sumber daya informasi memegang peranan yang sangat penting untuk mjenunjang suksesnya sebuah bisnis. Dalam sebuah perusahaan, pengelolaan sumber daya informasi biasanya disebut dengan Sistem Informasi Sumber daya Informasi (Information Resources Information System).
Sistem ini merupakan bagian dari sistem informasi yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi, memproses, serta menyediakan informasi dalam format tepat yang akan dipergunakan dalam proses pengambilan keputusan. Proses mengidentifikasi berarti sisitem harus dapat menentukan masalah yang dihadapi perusahaan, keputusan yang akan dibuat oleh oleh para pengambil keputusan dan informasi apa yang harius disediakan untuk memecahkan masalah tersubut.
Proses ini harus dapat menentukan data yang dibutuhkan, diamna, bagaimana, dan dengan metode apa data tersebut diperoleh serta bagaimana menentukan proses dan metode yang paling tepat yang akakn dipergunakan dan berapa lama proses harus diselesaikan.
Faktor yang paling penting didalam pengelolaan sumberdaya informasi adalah bagaimana mengembangkan Sistem Informasi Sumber daya Informasi yang akan dipergunakan, hal ini berarti kita menetukan bagaimana bentuk sistem yang dibutuhkan, dalam arti kata kebutuhann akan perangkat keras, perangkat lunak dan pelaksana serta SOP (Standard Operating Procedures) yang akan dipergunakan. Ada berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam proses pengembangan sistem informasi ini, diantaranya :
1. System Development Life Cycle (SDLC)
Digunakan untuk menjelaskan siklus kehidupan suatu system informasi (Hoffer and Valavicich, 2002). Proses pengembangan suatu sistem informasi dimualia dari proses pembuatan rencana kerja yang akan dilakukan, melakukan analisis terhadap rencana sistem yang akan dibuat, mendesain sistem, dan mengimplementasikan sistem yang telah disusun serta melakukan evaluasi terhadap jalannya sistem yang telah disusun (Bodnar, 2001).
2. Prototyping
Sistem dapat dikembangkan lebih sempurna karena adanya hubungan kerjasama yang erat antara analis dengan pemakai sedangkan kelemahan tekkik ini adalah tidak begitu mudah untuk dilaksanakan pada sistem yang relatif besar.
3. Rapid Application Development
Pendekatan ini memerlukan keikutsertaan user dalam proses desain sehingga mudah untuk melakukan implementasi. Kelemahannya, sistem mungkin terlalu sulit untuk dibuat dalam waktu yang singkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan kualitas sistem yang dihasilkan menjadi rendah.
4. Object Oriented Analysis and Development
Integrasi data dan pemrosesan selama dalam proses desain sistem akan menghasilkan sistem yang memiliki kualitas yang lebih baik serta mudah untuk dimodifikasi. Namun, metode ini sulit untuk mendidik analis dan programmer sistem dengan menggunakan pendekatan object oriented serta penggunaan modul yang sangat terbatas.

II. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam jurnal yang kami bahas adalah :
1. Permasalahan dan tantangan apa saja yang dihadapi dalam pengembangan Sistem Informasi Sumberdaya Informasi ?
2. Alternatif apa yang paling sesuai untuk diterapkan sebuah organisasi dalam mengembangkan sistem informasinya dan pertimbangan-pertimbangan apa saja yang mendorong penulis untuk memilih alternatif tersebut ?
III. Pembahasan Oleh Penulis Jurnal
1. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan Sistem Informasi Sumberdaya Informasi.
Dalam mengembangkan sebuah sistem informasi, permasalahn dan tantangan yang sering muncul adalah siapa yang akan melaksanakan proses pengembangan tersebut. Di sini, pihak perusahaan dihadapkan pada beberapa alternatif yaitu (Kaplan, 1995) :
1. Merancang/membuat sendiri sistem informasi yang dibutuhkan dan menentukan pelaksana sistem informasi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam alternatif ini adalah :
o Terbatasnya pelaksana sistem informasi
o Kemampuan dan penguasaan pelaksana sistem informasi
o Beban kerja pelaksana sistem informasi
o Masalah yang mungkin akan timbul dengan kinerja pelaksana sistem informasi.
2. Perusahaan membeli paket sistem informasi yang sudah jadi
Pihak perusahaan cukup membeli beberapa paket sistem aplikasi yang siap pakai, karena paket aplikasi tersebut dibuat oleh vendor yang memiliki spesialisasi dibidang sistem aplikasi. Adapun tahapan yang harus dilakukan dengan alternatif ini adalah :
o Identifikasi kebutuhan, pemilihan, dan perencanaan sistem
o Analis sistem
o Mengembangkan permohonan suatu proposal
o Evaluasi proposal
o Pemilihan vendor
1. Meminta orang lain untuk melaksanakan proses pengembangan sistem informasi (outsourcing) termasuk pelaksana sistem informasi.
Pihak perusahaan menyerahkan tugas pengembangan dan pelaksanaan serta maintanance sistem kepada pihak ketiga. Beberapa faktor yang menyebabkan perlunya outsourcing diantaranya :
o Masalah biaya dan kualitas sistem informasi yang akan dipergunakan
o Masalah kinerja sistem informasi
o Tekanan dari para vendor yang menawarkan produk mereka
o Penyederhanaan, perampingan, dan rekayasa sistem informasi
o Masalah keuangan perusahaan
o Budaya perusahaan
o Tekanan dari pelaksana sistem informasi.
1. End User Development
Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan alternatif ini adalah kemampuan yang harus dimiliki pelaksana sistem informasi. Pelaksana harus mengembangkan sendiri aplikasi yang mereka butuhkan seperti menggunakan Microsoft Excell dan Microsoft Access. Manfaat yang dapat diperoleh dari alternatif ini adalah :
o Penghematan biaya
o Waktu pengembangan sistem informasi yang singkat
o Mudah untuk melakukan modifikasi
o Tanggung jawab pelaksana sistem informasi yang lebih besar
o Mengurangi beban kerja pelaksana sistem informasi.

2. Alternatif apa yang paling sesuai untuk diterapkan sebuah organisasi dalam mengembangkan sistem informasinya dan pertimbangan-pertimbangan apa saja yang mendorong penulis untuk memilih alternatif tersebut ?
Pemilihan alternatif pengembangan sistem informasi yang tepat merupakan suatu keharusan bagi suatu organisasi. Kesalahan di dalam pemilihan alternatif akan menyebabkan investasi yang telah dilakukan serta waktu yang terpakai akan menjadi sia-sia. Outsourcing, sebagai salah satu alternatif pengembangan sistem informasi sumber daya informasi dipilih sebagai alternatif yang paling sesuai untuk diterapkan perusahaan. Kekuatan alternatif ini adalah pihak perusahaan tidak usah terlalu dipusingkan dengan masalah sistem informasi mereka. Perusahaan hanya bertanggung jawab untuk menyediakan dana yang dibutuhkan.
Masalah mengenai hardware, sofware, dan maintenance sistem merupakan tanggung jawab pihak vendor. Pilihan dilakukannya outsourcing oleh suatu perusahaan pada intinya desebabkan semakin meningkatnya kegiatan bisnis suatu perusahaan pada satu sisi dan adanya keterbatasan SDM internal dari segi kuantitas maupun knowledge untuk mengatasi secara baik (efektif dan efisien) meningkatnya kegiatan bisnis tersebut.
Beberapa permasalahan yang sering timbul dengan dipilihnya outsourcing adalah perusahaan menghadapi keresahan terhjadap karyawan, khususnya adanya rasa takut kehilangan pekerjaan yang dihadapai oleh karyawan yang sering memicu terjadinya kemaraha yang pada akhirnya akan mengganggu moral bekerja mereka, sehingga pihak manajemen perlu mengkomunikasikannya secara baik dan berterus terang atas apa yang sedang dihadapi perusahaa dan kenapa diambil langkah-langkah outsourcing.
Untuk menjaga terjadinya keresahan karyawan, proses outsourcing beberapa perusahaan membuat langkah transisi untuk meniolong karyawan, misalnya jauh sebelum outsourcing diputuskan maka secara rinci dikomunikaxsikan dalam beberapa pertemuan untuk staff di bagian IT, sehingga ketika outsourcing diberlakukan para staff mengerti benar betapa pentingnya keahlian dan teknologi baru bagi perusahaan, mereka di dorong untuk memperoleh keahlian baru dibawah inisiatif perusahaaan yang dikenal dengan moto ”Know IT Now or No It”
Berbagai pertimbangan yang mendorong penulis untuk memilih Outsourcing sebagai alternatif terbaik dalam mengembangkan Sistem Informasi Sumberdaya Informasi adalah sebagai berikut :
1. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi
2. Resiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi
3. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
4. Faktor waktu/kecepatan
5. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka waktu yang cukup lama
6. Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan terampil.
Kunci utama dalam kesuksesan outsourcing adalah pemilihan vendor yang tepat (choose the right vendor) karena outsourcing merupakan kerjasama jangka panjang sehingga penunjukkan vendor yang tepat sebagai mitra perusahaan menjadi sangat krusial baik dari pertimbangan aspek teknologi, bisnis, maupun tujuan finansial. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan dituntut untuk dapat memahami dasar pertimbangan dalam pemilihan vendor. Faktor-faktor yang harus diperhatikan antar lain :
o Pengetahuan/kemampuan dalam industri yang dibidanginya (Industry Knowledge)
o Kemampuan teknis
o Kemampuan keuangan
o Kemampuan dalam menyampaikan infrastruktur jasa yang dikelolanya.
IV. Rekomendasi
Sistem informasi dan organisasi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Sistem informasi harus disesuaikan dengan organisasi agar dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan pada suatu bagian tertentu yang penting pada organisasi. Pada saat yang sama, organisasi harus waspada dan terbuka terhadap pengaruh sistem informasi supaya mendapat keuntungan dari teknologi baru. Interaksi antara teknologi informasi dan organisasi sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor mediasi yang besar, yaitu struktur organisasi, SOP (Standard Operating Procedures), politik, kultur, lingkungan sekitar, dan keputusan manajemen. Para manajer harus waspada karena sistem informasi mampu mengubah kehidupan organisasi. Sistem informasi tidak bisa sukses merancang sistem baru atau memahami sistem yang sudah ada tanpa memahami organisasi. Para manajer perlu memutuskan sistem apa yang akan dibangun, apa yang akan dikerjakannya, serta bagaimana pengimplementasiaannya.
Secara umum, studi tentang sistem informasi dapat dibagi kedalam dua pendekatan, yakni pendekatan teknis dan pendekatan behavioral. Disebut pendekatan teknis ketika sistem informasi menekankan model berbasis matematika untuk mempelajari sistem informasi, seperti halnya teknologi fisik dan kemampuan formal dari sistem ini. Sedangkan pendekatan behavioral lebih menekankan pada isu perilaku yang muncul dalam pengembangan pemeliharaan sistem informasi jangka panjang. Isu-isu seperti strategi pengintegrasian bisnis, desain, implementasi, pemanfaatan, dan manajemen tidak bisa diselidiki dengan memakai model yang digunakan dalam pendekatan teknis. Definisi teknis dan behavioral dalam organisasi sebenarnya tidaklah saling kontradiksi. Sebaliknya, masing-masing saling melengkapi.
Definisi teknis menjelaskan kepada kita bagaiman beribu-ribu perusahaan dalam pasar kompetitif mengkombinasi modal, tenaga kerja, dan teknologi informasi, sementara model behavioral membawa kita masuk ke dalam masing-masing perusahaan untuk melihat bagaimana teknologi itu mempengaruhi kinerja internal perusahaan.
Sistem informasi itu sendiri pada dasarnya adalah sistem sosioteknis, yaitu sistem yang mengkombinasikan teori-teori pengetahuan komputer, pengetahuan manajemen, dan operasi riset dengan suatu orientasi praktis ke arah pengembangan solusi sistem atas permasalahan nyata dan mengelola sumber-sumber teknologi informasi, serta isu-isu perilaku yanng melingkupi pengembangan, penggunaan, dan dampak sistem informasi yamg disebabkan oleh sosiologi, ekonomi, dan psikologi.
Mengadaptasi sudut pandang sistem sosioteknis membantu mencegah pendekatan dilakukan hanya semata-mata dari sisi pendekatan teknis atas sistem informasi. Sebagai contoh fakta bahwa teknologi informasi dengan cepat menekan biaya dan meningkatkan kekuatan perusahaan tidak perlu diartikan sebagai peningkatan produktivitas dan keuntungan akhir. Mengoptimalkan kinerja sistem secara keseluruhan, baik komponen teknis maupun komponen perilaku perlu diperhatikan. Hal ini berarti teknologi harus diubah dan dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan individu dan organisasi.
Oleh karena itu, alternatif yang sesuai untuk diterapkan bagi tiap perusahaan tentunya berbeda-beda. Satu hal yang perlu diperhatikan ketika kita memilih alternatif terbaik adalah pengimplementasian suatu sistem informasi tidak hanya tergantung pada biaya dan waktu, akan tetapi pengguna dari informasi itu sendiri juga merupakan faktor signifikan dalam pemilihan sistem informasi.
Para manajer tidak bisa mengabaikan sistem informasi sebab sistem informasi memainkan peran penting dalam organisasi kontemporer. Dewasa ini sistem secara langsung mempengaruhi bagaiman para manajer membuat keputusan, merencanakan, dan menngatur karyawan mereka. Disamping itu, sistem juga terus membentuk apa, dimana, bilamana, dan bagaimana produk diproduksi. Oleh karena itu, tangguing jawab terhadap sistem tidak bisa didelegasikan oleh para manajer ke orang lain yang hanya bertugas membuat keputusan teknis.
End User Development, dapat menjadi alternatif yang paling sesuai dalam pengembangan sistem informasi. Kekuatan alternatif ini adalah loyalitas dan pengetahuan pelaksana benar-benar dapat dipertanggungjawabkan sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari alternatif ini adalah :
o Penghematan biaya
o Waktu pengembangan sistem informasi yang singkat
o Mudah untuk melakukan modifikasi
o Tanggung jawab pelaksana sistem informasi yang lebih besar
o Mengurangi beban kerja pelaksana sistem informasi.
Dengan End User Development, sistem informasi dapat dikembangkan sendiri oleh pihak internal perusahaan sesuai dengan tuntutan perkembangan organisasi, selain itu mereka juga memahami permasalahan-permasalahan yang terkait dengan organisasi dan dapat menyediakan informasi apa saja yang dibutuhkan untuk memberikan solusi dari permasalah tersebut, hal ini tidak kita dapatkan ketika kita menggunakan outsourcing dalam pengelolaan sistem informasi, karena pengelola informasi adalah pihak eksternal yang kurang bahkan tidak peka terhadadap kondisi terkini perusahaan.



Outsourcing : Suatu solusi Pengembangan Sistem Informasi Sumber Daya Informasi di Masa Depan

I. Latar Belakang
Pemanfaatan teknologi informasi manjadi suatu keharusan yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap perusahaan yang ingin menempatkan dirinya pada posisi paling depan dalam suatu industri. Terkait dengan hal ini, pengelolaan sumber daya informasi memegang peranan yang sangat penting untuk mjenunjang suksesnya sebuah bisnis. Dalam sebuah perusahaan, pengelolaan sumber daya informasi biasanya disebut dengan Sistem Informasi Sumber daya Informasi (Information Resources Information System).
Sistem ini merupakan bagian dari sistem informasi yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi, memproses, serta menyediakan informasi dalam format tepat yang akan dipergunakan dalam proses pengambilan keputusan. Proses mengidentifikasi berarti sisitem harus dapat menentukan masalah yang dihadapi perusahaan, keputusan yang akan dibuat oleh oleh para pengambil keputusan dan informasi apa yang harius disediakan untuk memecahkan masalah tersubut.
Proses ini harus dapat menentukan data yang dibutuhkan, diamna, bagaimana, dan dengan metode apa data tersebut diperoleh serta bagaimana menentukan proses dan metode yang paling tepat yang akakn dipergunakan dan berapa lama proses harus diselesaikan.
Faktor yang paling penting didalam pengelolaan sumberdaya informasi adalah bagaimana mengembangkan Sistem Informasi Sumber daya Informasi yang akan dipergunakan, hal ini berarti kita menetukan bagaimana bentuk sistem yang dibutuhkan, dalam arti kata kebutuhann akan perangkat keras, perangkat lunak dan pelaksana serta SOP (Standard Operating Procedures) yang akan dipergunakan. Ada berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam proses pengembangan sistem informasi ini, diantaranya :
1. System Development Life Cycle (SDLC)
Digunakan untuk menjelaskan siklus kehidupan suatu system informasi (Hoffer and Valavicich, 2002). Proses pengembangan suatu sistem informasi dimualia dari proses pembuatan rencana kerja yang akan dilakukan, melakukan analisis terhadap rencana sistem yang akan dibuat, mendesain sistem, dan mengimplementasikan sistem yang telah disusun serta melakukan evaluasi terhadap jalannya sistem yang telah disusun (Bodnar, 2001).
2. Prototyping
Sistem dapat dikembangkan lebih sempurna karena adanya hubungan kerjasama yang erat antara analis dengan pemakai sedangkan kelemahan tekkik ini adalah tidak begitu mudah untuk dilaksanakan pada sistem yang relatif besar.
3. Rapid Application Development
Pendekatan ini memerlukan keikutsertaan user dalam proses desain sehingga mudah untuk melakukan implementasi. Kelemahannya, sistem mungkin terlalu sulit untuk dibuat dalam waktu yang singkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan kualitas sistem yang dihasilkan menjadi rendah.
4. Object Oriented Analysis and Development
Integrasi data dan pemrosesan selama dalam proses desain sistem akan menghasilkan sistem yang memiliki kualitas yang lebih baik serta mudah untuk dimodifikasi. Namun, metode ini sulit untuk mendidik analis dan programmer sistem dengan menggunakan pendekatan object oriented serta penggunaan modul yang sangat terbatas.

II. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam jurnal yang kami bahas adalah :
1. Permasalahan dan tantangan apa saja yang dihadapi dalam pengembangan Sistem Informasi Sumberdaya Informasi ?
2. Alternatif apa yang paling sesuai untuk diterapkan sebuah organisasi dalam mengembangkan sistem informasinya dan pertimbangan-pertimbangan apa saja yang mendorong penulis untuk memilih alternatif tersebut ?
III. Pembahasan Oleh Penulis Jurnal
1. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan Sistem Informasi Sumberdaya Informasi.
Dalam mengembangkan sebuah sistem informasi, permasalahn dan tantangan yang sering muncul adalah siapa yang akan melaksanakan proses pengembangan tersebut. Di sini, pihak perusahaan dihadapkan pada beberapa alternatif yaitu (Kaplan, 1995) :
1. Merancang/membuat sendiri sistem informasi yang dibutuhkan dan menentukan pelaksana sistem informasi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam alternatif ini adalah :
o Terbatasnya pelaksana sistem informasi
o Kemampuan dan penguasaan pelaksana sistem informasi
o Beban kerja pelaksana sistem informasi
o Masalah yang mungkin akan timbul dengan kinerja pelaksana sistem informasi.
2. Perusahaan membeli paket sistem informasi yang sudah jadi
Pihak perusahaan cukup membeli beberapa paket sistem aplikasi yang siap pakai, karena paket aplikasi tersebut dibuat oleh vendor yang memiliki spesialisasi dibidang sistem aplikasi. Adapun tahapan yang harus dilakukan dengan alternatif ini adalah :
o Identifikasi kebutuhan, pemilihan, dan perencanaan sistem
o Analis sistem
o Mengembangkan permohonan suatu proposal
o Evaluasi proposal
o Pemilihan vendor
1. Meminta orang lain untuk melaksanakan proses pengembangan sistem informasi (outsourcing) termasuk pelaksana sistem informasi.
Pihak perusahaan menyerahkan tugas pengembangan dan pelaksanaan serta maintanance sistem kepada pihak ketiga. Beberapa faktor yang menyebabkan perlunya outsourcing diantaranya :
o Masalah biaya dan kualitas sistem informasi yang akan dipergunakan
o Masalah kinerja sistem informasi
o Tekanan dari para vendor yang menawarkan produk mereka
o Penyederhanaan, perampingan, dan rekayasa sistem informasi
o Masalah keuangan perusahaan
o Budaya perusahaan
o Tekanan dari pelaksana sistem informasi.
1. End User Development
Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan alternatif ini adalah kemampuan yang harus dimiliki pelaksana sistem informasi. Pelaksana harus mengembangkan sendiri aplikasi yang mereka butuhkan seperti menggunakan Microsoft Excell dan Microsoft Access. Manfaat yang dapat diperoleh dari alternatif ini adalah :
o Penghematan biaya
o Waktu pengembangan sistem informasi yang singkat
o Mudah untuk melakukan modifikasi
o Tanggung jawab pelaksana sistem informasi yang lebih besar
o Mengurangi beban kerja pelaksana sistem informasi.

2. Alternatif apa yang paling sesuai untuk diterapkan sebuah organisasi dalam mengembangkan sistem informasinya dan pertimbangan-pertimbangan apa saja yang mendorong penulis untuk memilih alternatif tersebut ?
Pemilihan alternatif pengembangan sistem informasi yang tepat merupakan suatu keharusan bagi suatu organisasi. Kesalahan di dalam pemilihan alternatif akan menyebabkan investasi yang telah dilakukan serta waktu yang terpakai akan menjadi sia-sia. Outsourcing, sebagai salah satu alternatif pengembangan sistem informasi sumber daya informasi dipilih sebagai alternatif yang paling sesuai untuk diterapkan perusahaan. Kekuatan alternatif ini adalah pihak perusahaan tidak usah terlalu dipusingkan dengan masalah sistem informasi mereka. Perusahaan hanya bertanggung jawab untuk menyediakan dana yang dibutuhkan.
Masalah mengenai hardware, sofware, dan maintenance sistem merupakan tanggung jawab pihak vendor. Pilihan dilakukannya outsourcing oleh suatu perusahaan pada intinya desebabkan semakin meningkatnya kegiatan bisnis suatu perusahaan pada satu sisi dan adanya keterbatasan SDM internal dari segi kuantitas maupun knowledge untuk mengatasi secara baik (efektif dan efisien) meningkatnya kegiatan bisnis tersebut.
Beberapa permasalahan yang sering timbul dengan dipilihnya outsourcing adalah perusahaan menghadapi keresahan terhjadap karyawan, khususnya adanya rasa takut kehilangan pekerjaan yang dihadapai oleh karyawan yang sering memicu terjadinya kemaraha yang pada akhirnya akan mengganggu moral bekerja mereka, sehingga pihak manajemen perlu mengkomunikasikannya secara baik dan berterus terang atas apa yang sedang dihadapi perusahaa dan kenapa diambil langkah-langkah outsourcing.
Untuk menjaga terjadinya keresahan karyawan, proses outsourcing beberapa perusahaan membuat langkah transisi untuk meniolong karyawan, misalnya jauh sebelum outsourcing diputuskan maka secara rinci dikomunikaxsikan dalam beberapa pertemuan untuk staff di bagian IT, sehingga ketika outsourcing diberlakukan para staff mengerti benar betapa pentingnya keahlian dan teknologi baru bagi perusahaan, mereka di dorong untuk memperoleh keahlian baru dibawah inisiatif perusahaaan yang dikenal dengan moto ”Know IT Now or No It”
Berbagai pertimbangan yang mendorong penulis untuk memilih Outsourcing sebagai alternatif terbaik dalam mengembangkan Sistem Informasi Sumberdaya Informasi adalah sebagai berikut :
1. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi
2. Resiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi
3. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
4. Faktor waktu/kecepatan
5. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka waktu yang cukup lama
6. Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan terampil.
Kunci utama dalam kesuksesan outsourcing adalah pemilihan vendor yang tepat (choose the right vendor) karena outsourcing merupakan kerjasama jangka panjang sehingga penunjukkan vendor yang tepat sebagai mitra perusahaan menjadi sangat krusial baik dari pertimbangan aspek teknologi, bisnis, maupun tujuan finansial. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan dituntut untuk dapat memahami dasar pertimbangan dalam pemilihan vendor. Faktor-faktor yang harus diperhatikan antar lain :
o Pengetahuan/kemampuan dalam industri yang dibidanginya (Industry Knowledge)
o Kemampuan teknis
o Kemampuan keuangan
o Kemampuan dalam menyampaikan infrastruktur jasa yang dikelolanya.
IV. Rekomendasi
Sistem informasi dan organisasi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Sistem informasi harus disesuaikan dengan organisasi agar dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan pada suatu bagian tertentu yang penting pada organisasi. Pada saat yang sama, organisasi harus waspada dan terbuka terhadap pengaruh sistem informasi supaya mendapat keuntungan dari teknologi baru. Interaksi antara teknologi informasi dan organisasi sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor mediasi yang besar, yaitu struktur organisasi, SOP (Standard Operating Procedures), politik, kultur, lingkungan sekitar, dan keputusan manajemen. Para manajer harus waspada karena sistem informasi mampu mengubah kehidupan organisasi. Sistem informasi tidak bisa sukses merancang sistem baru atau memahami sistem yang sudah ada tanpa memahami organisasi. Para manajer perlu memutuskan sistem apa yang akan dibangun, apa yang akan dikerjakannya, serta bagaimana pengimplementasiaannya.
Secara umum, studi tentang sistem informasi dapat dibagi kedalam dua pendekatan, yakni pendekatan teknis dan pendekatan behavioral. Disebut pendekatan teknis ketika sistem informasi menekankan model berbasis matematika untuk mempelajari sistem informasi, seperti halnya teknologi fisik dan kemampuan formal dari sistem ini. Sedangkan pendekatan behavioral lebih menekankan pada isu perilaku yang muncul dalam pengembangan pemeliharaan sistem informasi jangka panjang. Isu-isu seperti strategi pengintegrasian bisnis, desain, implementasi, pemanfaatan, dan manajemen tidak bisa diselidiki dengan memakai model yang digunakan dalam pendekatan teknis. Definisi teknis dan behavioral dalam organisasi sebenarnya tidaklah saling kontradiksi. Sebaliknya, masing-masing saling melengkapi.
Definisi teknis menjelaskan kepada kita bagaiman beribu-ribu perusahaan dalam pasar kompetitif mengkombinasi modal, tenaga kerja, dan teknologi informasi, sementara model behavioral membawa kita masuk ke dalam masing-masing perusahaan untuk melihat bagaimana teknologi itu mempengaruhi kinerja internal perusahaan.
Sistem informasi itu sendiri pada dasarnya adalah sistem sosioteknis, yaitu sistem yang mengkombinasikan teori-teori pengetahuan komputer, pengetahuan manajemen, dan operasi riset dengan suatu orientasi praktis ke arah pengembangan solusi sistem atas permasalahan nyata dan mengelola sumber-sumber teknologi informasi, serta isu-isu perilaku yanng melingkupi pengembangan, penggunaan, dan dampak sistem informasi yamg disebabkan oleh sosiologi, ekonomi, dan psikologi.
Mengadaptasi sudut pandang sistem sosioteknis membantu mencegah pendekatan dilakukan hanya semata-mata dari sisi pendekatan teknis atas sistem informasi. Sebagai contoh fakta bahwa teknologi informasi dengan cepat menekan biaya dan meningkatkan kekuatan perusahaan tidak perlu diartikan sebagai peningkatan produktivitas dan keuntungan akhir. Mengoptimalkan kinerja sistem secara keseluruhan, baik komponen teknis maupun komponen perilaku perlu diperhatikan. Hal ini berarti teknologi harus diubah dan dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan individu dan organisasi.
Oleh karena itu, alternatif yang sesuai untuk diterapkan bagi tiap perusahaan tentunya berbeda-beda. Satu hal yang perlu diperhatikan ketika kita memilih alternatif terbaik adalah pengimplementasian suatu sistem informasi tidak hanya tergantung pada biaya dan waktu, akan tetapi pengguna dari informasi itu sendiri juga merupakan faktor signifikan dalam pemilihan sistem informasi.
Para manajer tidak bisa mengabaikan sistem informasi sebab sistem informasi memainkan peran penting dalam organisasi kontemporer. Dewasa ini sistem secara langsung mempengaruhi bagaiman para manajer membuat keputusan, merencanakan, dan menngatur karyawan mereka. Disamping itu, sistem juga terus membentuk apa, dimana, bilamana, dan bagaimana produk diproduksi. Oleh karena itu, tangguing jawab terhadap sistem tidak bisa didelegasikan oleh para manajer ke orang lain yang hanya bertugas membuat keputusan teknis.
End User Development, dapat menjadi alternatif yang paling sesuai dalam pengembangan sistem informasi. Kekuatan alternatif ini adalah loyalitas dan pengetahuan pelaksana benar-benar dapat dipertanggungjawabkan sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari alternatif ini adalah :
o Penghematan biaya
o Waktu pengembangan sistem informasi yang singkat
o Mudah untuk melakukan modifikasi
o Tanggung jawab pelaksana sistem informasi yang lebih besar
o Mengurangi beban kerja pelaksana sistem informasi.
Dengan End User Development, sistem informasi dapat dikembangkan sendiri oleh pihak internal perusahaan sesuai dengan tuntutan perkembangan organisasi, selain itu mereka juga memahami permasalahan-permasalahan yang terkait dengan organisasi dan dapat menyediakan informasi apa saja yang dibutuhkan untuk memberikan solusi dari permasalah tersebut, hal ini tidak kita dapatkan ketika kita menggunakan outsourcing dalam pengelolaan sistem informasi, karena pengelola informasi adalah pihak eksternal yang kurang bahkan tidak peka terhadadap kondisi terkini perusahaan.

Selasa, 25 Oktober 2011

Hello Hello

dabdabhan geoli wileul seoseong-ideon na-ege
seuchyeo deullineun musimhan geu hanmadi

Hello, Hello
Hello, Hello jogeum nachseol-eodo
eosaeghaji anh-assdeon joh-eun neukkim
neoege gidaeeodo doeneungeolkka geogjeongseule
mobsi gugyeojin jinsim-eul pyeolchyeoboimyeo

Thank you, Thank you
geujeo gomabdaneun soljigham-i jeonhaejigo iss-eo

Hello, Hello
geulaeyo Hello, Hello
gwiyeoun naui cheonsayeo
eonjena naui gyeot-eul jikyeojwoyo

Thank you, Thank you
geuligo Thank you, Thank you
No No No No
neoege hagosip-eun hanmadi No No No No
gomabdaneun geu mal ppun-ijyo
ilbuleo teullineunge swibjin anh-a geuleolsulog
gyeondyeonaeneunge huhoeman doeltenikka

I know, I know
geujeo usgoissneun ppieloga joh-euljido molla
ttaemudji anh-eunchaelo il-eoseol su iss-eulkka
teol-eonaebwado apeum-eun ssah-ijiman

She knows, She knows
ije deoisang-eun honjaman-ui naeil-i aniya

Hello, Hello
geulaeyo Hello, Hello
gwiyeoun naui cheonsayeo
eonjena naui gyeot-eul jikyeojwoyo
Thank you, Thank you
geuligo Thank you, Thank you
No No No No
neoege hagosip-eun hanmadi No No No N
gomabdaneun geu malppun-ijyo
sueobs-i majdaewassdeon geumodeun sesang-

ege
insahaneun beob-eul galeuchyeojun geudaejyo
naemam-e neomchyeonaneun i mellodileul
neowa hamkke jikyeogalgeoya
Hello, Hello

geulaeyo Hello, Hello
gwiyeoun naui cheonsayeo
eonjena nauigyeot-eul jikyeojwoyo
Thank you, Thank you
Geuligo Thank you, Thank you
No No No No
neoege hagosip-eun hammadi No No No No
salanghandan gobaegboda gomabdaneun geu hanmadilo
nae modeun mam-eul jeonhaeyo
Jadilah manusia yang pada saat kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tapi hanya kamu sendiri yang menangis. Dan pada saat kematianmu semua orang menangis sedih, tapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.

Manfaat Minum Air Putih Setelah Bangun Tidur

Tak hanya bisa mempercantik kulit, mengonsumsi air putih secara teratur juga bermanfaat membersihkan tubuh dari racun. Namun, banyak orang sering melupakan salah satu bagian dari nutrisi penting untuk tubuh ini.
Banyak orang mengabaikan konsumsi air putih, termasuk saat bangun tidur. Padahal konsumsi air putih setelah bangun tidur di pagi hari sangat dianjurkan. Apa manfaatnya?
Menurut Spesialis Gizi Klinik dari Rumah Sakit Siloam, Dr Samuel Oetoro MS, Sp.GK, saat tidur, tubuh mengeluarkan banyak air dengan kata lain terjadi penguapan. Apalagi saat tidur aktivitas tubuh tidak berhenti bekerja. Metabolisme sel-sel terus berjalan dan air dalam tubuh membantu sel-sel bekerja. Sehingga, setelah 6-8 jam tidur, tubuh bisa mengalami defisit air, karena dalam proses metabolisme sel akan ada air yang terbuang.

“Itulah sebabnya, kita dianjurkan untuk konsumsi air setelah bangun tidur di pagi hari untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang, ” katanya saat ditemui di XXI Ballroom,Djakarta Theatre, Rabu 16 Maret 2011.
Jika tidak mengonsumsi air setelah bangun tidur, tubuh juga bisa kekurangan mineral yang bisa mengganggu kesehatan. Cukup satu gelas setelah bangun tidur, akan sangat bermanfaat untuk tubuh.
Tak hanya setelah bangun tidur, Samuel pun juga menyarankan agar melakukan hal yang sama sebelum tidur. Tak perlu berlebihan karena konsumsi air putih berlebih justru bisa membebani Anda karena memicu lebih sering pergi ke kamar kecil termasuk juga berefek buruk pada fungsi jantung dan ginjal.
Dan ingat, jangan pernah mengabaikan dan menyepelekan manfaat air putih. Meski demikian, Anda pun perlu selektif memilih air untuk dikonsumsi. Air yang diminum harus memenuhi aspek kesehatan, umumnya air terdiri dari H2O, tapi tubuh juga butuh air yang mengandung mineral (Natrium, Kalium, Klor) agar otot bisa bergerak. Berapapun air yang terbuang, harus segara diisi kembali,termasuk saat bangun tidur untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.

“70 persen tubuh kita terdiri dari air. Air dalam tubuh digunakan oleh organ tubuh yang tidak pernah berhenti bekerja saat tidur, termasuk otak, jantung dan ginjal. Maka setelah bangun tidur, dianjurkan minum air putih

Jumat, 14 Oktober 2011

Aku, Kau & Buah-buahan

Panas, terik nya siang ini mungkin pertanda hujan di sore nanti. Sungguh tidak biasa aq bermain dengan rasa. Aq diam, menatap LCD 16 inch ku tanpa melakukan apapun, tanpa berpikir akan bagaimana, tanpa ada hasrat mau ngapain..seketika muncul telusur di benakku, menelusup ke dasar jiwaku, kubuat sendiri beberaa pertanyaan lalu kucarikan setiap jawaban yang kuanggap mendekati benar.Tubuhku bergetar disaat telusurku sampai di perihal "sayang". Bermunculan kata-istilah-filosofi tentangnya, tidak bisa kurangkum arti dari semua makna yang tertera, ku hanya mencoba bersikap paham.
Aq tidak berani merangkai kata sayang ini menjadi sebuah kalimat, setiap kucoba, selalu ada kata tanya "sanggupkah"..
Huh.. mungkin ini ciri manusia, hakikat seorang hamba yang rapuh, dan tidak kekal. banyak kebutuhan, banyak kekurangan, penuh kesalahan dan sedikit kelebihan.Begitu banyak sisi kehidupan ini yang menuntut tuk selalu bersikap arif, dan tidak sedikit keputusan yang harus diambil, menentukan macaman jalur jalan yang harus dilalui, kesemuanya itu tentu harus bisa menerima konsekuensi positif apalagi negatif nya.
Aq punya rasa sayang, kamu juga, dia dan mereka juga sama, tapi apakah rasa ini tulus? atau pakah hanya tren zaman yang kita semua harus punya???? atau sekedar menutup rasa malu agar lebih berharga diri ini, oh tidak..Bukankah aq sudah "ini dan itu" meskipun belum banyak dan semuanya!! Lalu kenapa masih diragukan ke-tulusan-an sayang ini? Mmmmhh...mungkin bukan disitu ukurannya, kutepis prasangka indah itu dengan kekuatan perhatian yang kuterima. Tidak mudah memperoleh belaian dari orang yang benar-benar sayang.. Akhirnya.. aq berani bilang "Aq sayang kamu", memang masih sebatas di hati, belum sanggup kuutarakan di depanmu, aq masih takut dengan konsekuensinya..
Mudah2-an setiap rasa yang ada padaku adalah cerminan dari kasihmu..

Senin, 27 Juni 2011

Makna Hidup Sesungguhnya

Hidup hanya dapat dirasakan tapi sulit didefinisikan. Semua orang sangat mudah mengatakan apakah sesuatu itu hidup atau mati. Manakala seseorang melihat pohon yang dari hari ke hari bertambah tinggi, berdaun hijau, kemudian berbuah, ia dengan mudah mengetahui bahwa pohon itu hidup. Sebaliknya, manakala orang tadi melihat pohon yang kering, daunnya berguguran, tidak bertambah besar sekalipun disirami atau dipupuk, maka dengan mudah pula ia tahu bahwa pohon itu telah mati, tidak hidup lagi. Demikian halnya manusia dan hewan. Tatkala manusia dan hewan terlihat tumbuh, seluruh angota badannya berfungsi, dan dapat berkembang biak. Semua orang dengan mudah menyimpulkan manusia dan hewan yang demikian hidup bukan mati. Inilah arti hidup secara biologis.
Dalam arti hidup seperti itu , manusia dan hewan sama. Sama-sama makan, minum, bergerak, berkembang biak, menyayangi anak, dan berinteraksi satu sama lain. Lantas apa yang membedakan keduanya, dan apa sesungguhnya makna hidup bagi manusia?
Untuk menjawab pertanyaan tadi kadang terasa sulit. Diperlukan perenungan yang dalam untuk menemukannya.
Perbedaan antara manusia dengan hewan terletak pada cara bagaimana mereka memenuhi berbagai kebutuhannya. Hewan melakukan semua itu sekehendak hatinya sedangkan manusia ada yang melakukan sekehendak hatinya ada pula yang diatur oleh aturan Allah SWT Penciptanya.
Jika manusia dalam menjalani hidupnya ini hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya semata, berarti tidak ada bedanya orang tersebut dengan hewan.Demikian pula, jika seseorang menjalani hidup ini seenak perutnya, bebas tanpa aturan, memperturutkan logika dan hawa nafsunya, serta melupakan aturan Allah SWT, saat itu orang tadi tidak dapat dibedakan dengan hewan. Berkaitan dengan ini Allah SWT menegaskan melalui firman-Nya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam itu kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai qulub tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata tetapi tidak digunakannya untuk melihat (kebenaran dan kekuasaan Allah), da mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk menddengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (TQS. Al-A’raf [7] : 179)
Ibnu Katsir ketika memaknai ayat tersebut menyatakan bahwa Allah SWT menyediakan jahannam bagi manusia yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni jahannam. Mereka demikian karena alat indera yang sebenarnya dijadikan oleh Allah SWT sebagai jalan datangnya hidayah tersebut tidak bermanfat bagi mereka. Sebab, mereka itu buta, tuli, dan bisu dari mengikuti petunjuk Allah SWT. Mereka yang tidak mendengarkan kebenaran (Islam), tidak mengikuti kebenaran (Islam), dan tidak mengikuti petunjuk Allah SWT laksana hewan berjalan yang alat-alat inderawinya tidak bermanfaat sedikitpun kecuali untuk perkara-perkara yang diperlukannya secara lahiriyah di dunia.
Lantas bagaimana seharusnya manusia itu berbuat, sehingga hidupnya menjadi bermakna dan berbeda dengan hewan?
entu tidak ada jalan lain kecuali berupaya menjadikan akal dan hati untuk memahami kebenaran,mata untuk mencari dan melihat kebenaran. Dan kebenaran itu adalah apa-apa yang datang dari Allah SWT. “Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu” (TQS. Al-Baqarah [2] : 147). Kebenaran itu adalah apa yang terdapat di dalam Islam. ”Siapa yang menjadikan selain Islam sebagai dien agama, system hidup), niscaya ditolaklah apapun darinya dan di akhirat ia termasuk orang yang rugi” (TQS. Ali-Imran [3] : 85). Dengan kata lain, segenap potensi yang dimilikinya itu digunakn untuk memahami dan menghayati Islam untuk diterapkan dalam hidup sehari-hari.
Berkaitan dengan hal tersebut, Allah SWT menyatakan: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah kepadaku” (TQS. Adz-Dzariyat [51] : 56). Ibadah yang dimaksud dalam ayat tersebut yaitu, taat kepada Allah, tunduk dan patuh kepada-Nya serta terikat dengan aturan agama yang disyariatkan-Nya. Jadi, manusia itu ada di dunia ini emata-mata untuk tunduk, taat, dan patuh kepada aturan dan hukum-hukum Allah SWT dalam semua perkara : ‘aqidah, ibadah, sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya.